Monday, November 17, 2014

Bentang, Kebun, Jagung dan Educasi

catatan rumadi | 17 November 2014

Saya tinggal bersama keluarga saya di rumah dinas sekolah yang berada dipojok sebelah barat gedung utama MIN 18 Jakarta, sebidang tanah  dibelakang rumah yang berdiri tiang besi sebagai penyokong toren air menyisakan tanah yang tak terpakai. Tanah... ya ya ada tanah kosong dibelakang, mari kita manfaatkan sebelum dimanfaatkan untuk keperluan sekolah.
Foto Kebun Belakang Rumah Dinas MIN18


Kebetulan beberapa waktu yang lalu ketika Bapak dan Mamak (mertua) dari Playen, Gunungkidul, Yogyakarta datang kesini membawakan hasil kebun berupa jagung kering, beras, dan  sayur mayur. Jagung kering yang dibawakan jauh-jauh dari Gunungkidul karena saya sempat bilang "ingin goreng jagung", begitu perhatiannya beliau kepada saya, terimakasih Bapak + Mamak.




Saatnya berkebuh . . .
Terinspirasi dari lagu yang sering dihafalkan Bentang Nusantara

Cangkul-cangkul 
Cangkul yang dalam
Menanam jagung di kebun kita

Bentang, mari kita cangkul kemudian kita tanam jagung-jagung dari mbah!
Bentang pake cangkul plastik (bekas ember cat dibelah) dan ayah pake cangkul besi (pinjeman) he he

Bersihkan rumputnya..
Ambil sampahnya..
Ayunkan cangkulnya..
Ratakan tanahnya..
Lobangi tanahnya..

Masukkan jagungnya..
Tutup Tanahnya..

Hore Hore
Aku Bisa
Menanam Jagung di kebun sekolah

Bahagia rasanya dapat melibatkan anak untuk beraktifitas berkebun. Hampir setiap sore kami sirami, air yang kami gunakan bukan air bersih dari selang namun kami memanfaatkan air sisa kran yang mengalir di got bahasa kerennya water cycle. Menggunakan bekas ember cat yang dimodifikasi menjadi serok sampah, kadang menjadi cangkul, kadang menjadi sarana memindahkan air dari got ke tanaman. Anakku kadang mencari sendiri si serok sampah untuk menyirami jagungnya. Luarbiasa semangatnya untuk menyirami, sampai-sampai terpeleset masuk got. Menangis karena merasa kurang hati-hati, menangis karena bajunya penuh lumpur, menangis karena mulut berdarah dan jidatnya memar, menjadi satu tangisan yang mengundang kami untuk menolongnya. Dan saya hanya bilang "tidak apa-apa, namanya juga sedang belajar". Terisak tangisnya tapi dia sudah tau harus segera berhenti menangis karena ada konsekuensi yang harus diterima ketika berbuat sesuatu. Kadang kami orang tua (Ayah dan Mimi) harus melakukan hal-hal yang kurang wajar pada umumnya untuk memberikan pelajaran bagi Bentang dan Ikrar. Ya kami sadar betul apa yang kami lakukan, semoga anak-anak kami tumbuh menjadi anak yang tangguh dan cerdas.

Jagung Kecil
Setelah beberapa hari jagung pun muncul dari persembunyianya dalam tanah, memunculkan tubuh kecilnya nan hijau pertanda jagung siap tumbuh. Bawang merah dan cabe yang sudah tidak digunakan Mimi untuk bumbu masak, kami tanam juga.

Kini jagung kami telah tumbuh tinggi, memberikan kebahagian pada kami, daun hijau memanjang nan segar memberikan energi pembaharu bagi kami.


Jagung Tumbuh Tinggi
Bentang anakku, sering kali menyebrangi jembatan kecil (got) untuk memandangi dan mendekati jagungnya yang sudah tumbuh, berbinar matanya  kadang terdengar suaranya memanggilku (Ayah........ siram jagungnya, ayokkk....). 

Bibit bawang merah dan cabe yang kami tanam juga telah tumbuh bersemi. Sekarang tinggal kita menjaganya, membersihkan rumput-rumput yang kadang mengganggu pertumbuhannya, membersihkan sampah yang menghalangi akarnya yang telah siap mencengkram tanah, menyiraminya untuk pertumbuhannya.
Bibit Bawang Merah yang sudah Tumbuh 

Bibit Cabe yang sudah Tumbuh
Kita Memeliharanya
Tumbuhan memberikan manfaatnya.
Hidup Berdampingan, Saling Mangasihi, dan Berbagi

Itulah cerita kami menanam jagung di kebun sekolah.




No comments:

Post a Comment

Menghapus Windows Credentials

Laptop kita terhubung ke server menggunakan user password dan supaya user password itu lepas dari server. Kadang kala setelah kita isi user ...