Showing posts with label Educasi. Show all posts
Showing posts with label Educasi. Show all posts

Wednesday, August 5, 2015

AKHIRNYA JOE PUN BERTEMU DENGAN AYAH EDY....

FACEBOOK | KOMUNITAS AYAH EDY |
Namaku Joe. Hanya Joe.
Sebenarnya nama yang tertera di surat lahirku cukup panjang, tapi sulit bagiku untuk menulis rangkaian huruf demi huruf itu membentuk namaku. Jadi, aku mengatakan pada semua orang, namaku hanya tiga huruf J-O-E.
Ketika kecil, aku didaftarkan di sebuah sekolah terkenal di kota kelahiranku. Sekolah ini terkenal dengan murid-muridnya yang mempunyai tulisan halus kasar yang bagus sekali, bahkan sejak mereka di bangku Taman Kanak-Kanak.
Aku selalu memakai tangan kiri untuk melakukan semua kegiatan, termasuk belajar menulis. Entah kenapa, tangan kananku tidak sekuat tangan kiriku, orang-orang menyebutku kidal.
Guru-guruku di TK selalu memaksaku menulis memakai tangan kanan, bahkan mereka pernah memukul jari-jariku dengan penggaris panjang ketika aku memakai tangan kiri untuk belajar menulis, tapi aku tidak bisa. Mereka baru berhenti memarahiku ketika papa datang ke sekolah dan meminta mereka membiarkanku memakai tangan kiri.
Papa berpendapat, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Ibu guru berusaha memegang tanganku untuk mengajarkanku menulis indah, tapi hasilnya tidak indah. Setelah sekian lama, akhirnya Ibu guru menyerah, dan membiarkanku dengan tulisan cakar ayamku.
Saat memasuki bangku SD, mimpi burukku bermula. Kami diharuskan mencatat dalam kalimat panjang-panjang. Aku mencatat dengan pelan sekali, aku membaca tulisan di papan tulis dengan susah payah, aku tidak mengerti apa arti rangkaian huruf-huruf itu. Huruf-huruf itu seakan-akan berterbangan di otakku, menari-nari dan bernyanyi diiringi irama ceria, tra-la-la tri-l-li... Sungguh mengasyikkan! grin emotikon
Kadang kala aku tenggelam dalam imajinasiku, membayangkan pensilku sebagai baling-baling bambu Doraemon, aku terbang melintasi awan-awan yang berbentuk seperti huruf-huruf dan angka-angka di papan tulis. Hahaha… Tapi kadang-kadang juga, tiba-tiba aku teringat wajah Ibu guru yang sedang marah, aku berusaha memindahkan bentuk huruf-huruf di papan tulis ke buku catatanku, tapi yah.. dari 10 kalimat yang harus kucatat, paling bisa aku hanya berhasil memindahkan 3 atau 4 kalimat, itupun dengan susah payah.
Hampir setiap hari Ibu Guru selalu menulis kata-kata ‘malas, suka melamun, nakal, tidak mau mencatat’ dan banyak kata-kata lainnya di buku jurnalku. Aku sedih sekali, aku merasa aku sudah berusaha keras. Ditambah lagi, aku tahu, jika nanti di rumah, sepulangnya mama dari kantor dan memeriksa tas sekolahku, beliau akan marah besar dan menghukumku jika beliau membaca pesan-pesan yang ditulis Ibu guru. :((
Sebenarnya aku kasihan juga pada mama. Mama setiap hari harus menelepon ke teman-teman sekelasku untuk mencatat pelajaran hari itu, sekaligus mencatat soal-soal PR yang diberikan Ibu guru, yang harus dikumpulkan besok. Mama tidak mau aku dihukum Ibu guru. Soal-soal matematika itu tidak sulit bagiku, aku bisa mengerjakannya dengan mudah. Tapi jangan suruh aku menulis indah, aku benci! Aku benci karena aku tahu, aku pasti mendapatkan stempel jempol mengarah kebawah besok, dengan warna tinta merah pula! Membuat aku merasa murid paling bodoh di kelas!
Hari-hari sekolah bagaikan mimpi terburukku. Di sekolah Ibu guru selalu berteriak padaku, mengganggu ketika aku asyik melamun yang indah-indah. Di rumah, mama selalu kelihatan stress dan emosi ketika melihat buku-buku catatanku. Aku tidak mengerti, mengapa aku harus menulis jawaban ‘biru’ untuk warna langit, sedangkan aku tahu, kadang-kadang langit kelihatan berwarna putih, merah jingga yang indah sekali atau bahkan hitam gelap ketika mau hujan.
Aku juga tidak mengerti, mengapa Ibu guru marah ketika aku merangkak di kolong meja untuk mengambil penghapus temanku yang jatuh atau ketika aku asyik mengamati burung kecil yang hinggap di jendela kelas, dekat tempat dudukku. Ibu guru tidak tahu ya, betapa aku berjuang menahan kelopak mataku yang hampir selalu tertutup di kelas yang membosankan ini.
Suatu hari, entah keajaiban apa yang terjadi. Mama manis sekali kepadaku, selalu tersenyum sepanjang hari. Hari itu tidak ada bentakan sama sekali, tidak ada kerutan di kening dan wajah muram ketika menemaniku membuat PR.
Bahkan mama tidak marah pada koko ku, walaupun dia mendapat nilai 5 di ujian bahasa Mandarinnya. Sejak hari itu, dunia seakan penuh warna, mama jarang sekali marah-marah lagi. Mama berkata, “Tidak ada yang salah dengan dirimu, anakku. Sekolahmulah yang tidak cocok untuk kamu. Maafkan mama, selama ini mama mengira kamu tidak mau berusaha untuk berubah, mama salah.”
Mama membawa aku jalan-jalan ke banyak sekolah di kota kami. Bertanya banyak sekali pada guru-guru disana. Memperhatikan bagaimana cara guru-guru itu berbicara padaku. Kadang-kadang aku merasa sedikit kasihan melihat guru-guru itu kebingungan menjawab pertanyaan mamaku yang cerewet, hahaha… Maaf, mama! ( Mama bilang aku harus jadi anak yang jujur kan? :p)
Aku pindah ke sekolah yang bagus. Teman-teman sekelasku tidak sebanyak teman di sekolahku yang lama. Tapi mereka baik, mereka tidak pernah mengatakan aku bodoh, pemalas atau aneh. Guru-guruku malah selalu memujiku, mengatakan aku anak yang pintar, sangat kreatif, dan punya banyak ide cemerlang.
Ibu guru tidak perduli dengan tulisanku yang seperti cakar ayam, membenarkan jawabanku meskipun kadang-kadang aku terbalik menuliskan angka 3 menjadi E, b menjadi d. Guru Sains ku menuliskan opini ‘Joe is so good at science. He will become master of science if he read a lot of science books.’ di laporan bulananku.
Kawan, tahu ga? Aku merasa menjadi anak pintar disini, aku dengan penuh semangat ikut Olimpiade Sains tingkat nasional, aku mempelajari banyak sekali komik-komik sains, aku melakukan banyak eksperimen fisika, capek tapi senang! Aku lolos sampai tingkat semi final lho! Hahaha… senang sekali.
Aku ingin menjadi seorang penemu kelak, kalau aku sudah besar. Aku ingin menemukan ‘Pintu Ajaib’, agar orang-orang bisa pergi ke tempat lain dalam sekejap, tidak usah naik mobil dan terkena macet lagi.
Jalan-jalan bisa diubah jadi taman bunga atau taman hiburan anak-anak, seperti Disneyland gitu lho. Atau jadi water park yang asyik, atau lapangan sepak bola. Pasti menyenangkan! Akan kujual penemuanku ini ke seluruh dunia, aku pasti jadi kayaaa sekali. Aku mau bangun sekolah-sekolah yang bagus, ga usah bayar! Biar aku yang bayarin uang sekolahnya! grin emotikon
Eh, akhirnya aku tahu, apa yang terjadi!
Aku mendengarkan ketika mama berbicara dengan penuh semangat kepada sahabatnya, sesuatu tentang ‘anak dominan otak kanan’, buku-buku, dan satu nama ‘Ayah Edy’. Siapa itu?
Banyak temanku yang bernama Edy, banyak juga teman papaku yang bernama Edy. Yang mana ya? Entahlah, kurasa kapan-kapan saja aku baru mencari tahu, yang mana Ayah Edy yang dimaksud.
Yang kutahu, beliau telah berhasil mengubah mama. Mama yang sebelumnya keras, selalu menginginkan kami mendapatkan nilai yang bagus di sekolah, pelit pujian dan sering marah-marah, benar-benar berubah menjadi seorang malaikat.
Jika suatu hari nanti, aku bisa bertemu Ayah Edy sahabat mama itu, aku pasti akan memeluknya dan berbisik, “Terima kasih, Ayah. Ayah mengubah duniaku!”
Based on a true story
June'12
Mama Joe (9thn)
Cen Mei Ling

TANDA-TANDA KEMUNDURAN SEBUAH BANGSA

FACEBOOK | KOMUNITAS AYAH EDY | 5 AGUSTUS 2015
Jika kita peduli pada nasib anak kita, maka bacalah dengan sabar dan seksama sampai akhir artikel ini.
Suatu ketika di bulan Juli tahun 90-an, di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat tengah berlangsung sebuah konfrensi besar pendidikan, dihadiri oleh sebagian besar kalangan pendidikan, mulai dari pengamat, praktisi, pakar hingga penentu kebijakan dibidang pendidikan.
Tema yang diambil. kali itu adalah mengenai “Evaluasi Sistem Pendidikan dalam Menghasilkan Generasi Unggul”
Tema ini sengaja diangkat, karena ternyata berdasarkan penelitian, selama 60 terakhir sistem pendidikan lebih banyak menghasilkan generasi yang gagal dan bahkan cenderung bermasah ketimbang yang unggul
Banyak sekali tokoh-tokoh yang diminta bicara menyampaikan pikiran, pandangan juga hasil penelitian mereka.
Dari semua pembicara, ada salah seorang yang pemaparannya begitu dahsyat, tajam dan mengena, hingga mendapatkan simpati dan dukungan yang luar biasa dari hampir semua peserta konferensi tersebut.
Tepuk tangan yang riuh serta dukungan antusiasme terus mengalir hingga sang pembicara ini turun. Apa saja yang di paparkan oleh si pembicara ini...? marilah kita simak cuplikan utama dari pemaparannya;
“Saudara-saudaraku tercinta sebangsa dan setanah air, saya sungguh prihatin melihat perkembangan generasi kita dari tahun ke tahun, sehingga saya begitu tertantang untuk membuat suatu pengamatan untuk mengetahui akar pemasalahannya.”
“Lebih dari 30 tahun saya melakukan pengamatan terhadap para pelajar dan para lulusan sekolah di tiap jenjang mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. dan ternyata dari tahun-ke tahun menunjukkan suatu peningkatan grafik jumlah anak-anak yang bermasalah ketimbang anak-anak yang berhasil.”
Salah satu yang membuat saya menangis adalah ketika saya mengunjungi beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang ada di beberapa negara bagian; yang dulu pada tahun 60an mayoritas di huni oleh orang-orang yang berusia antara 40-60an, namun apa yang terjadi pada tahun 90, penjara-penjara kita penuh di isi oleh anak remaja antara usia 14 s/d 25 tahun. Jumlah peningkatan yang drastis juga terjadi pada penjara anak dan remaja.
Fenomena apakah gerangan yang sedang terjadi di negara kita......? Akan jadi apakah kelak negara ini jika kita semua tidak mengambil peduli dan merasa bertanggung jawab...?
Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air....., Dari pengamatan panjang yang saya lakukan akhirnya saya mengetahui bahwa sumber dari semua masalah ini ada pada Harmonisasi hubungan Keluarga dan Sistem Pendidikan kita.
Sebagian besar anak-anak yang bermasalah ternyata juga memiliki orang tua yang bermasalah atau keluarga yang berantakan dan yang memperparah ini semua adalah bahwa Lembaga yang kita agung-agungkan selama ini, yang kita sebut sekolah ternyata sama sekali tidak mampu menjadi jalan keluar bagi anak-anak yang mengalami permasalahan di rumah.
Sekolah yang mestinya bertanggung jawab pada pendidikan anak (kerena mengklaim sebagai lembaga pendidikan) ternyata sama sekali tidak melakukan proses pendidikan, melainkan hanya menjadi lembaga yang memaksa anak untuk mengikuti kurikulum yang kaku dan sudah ketinggalan zaman. Guru-guru yang diharapkan menjadi pengganti orang tua yang bermasalah tapi ternyata tidaklah lebih baik dari pada orang tua si anak yang bermasalah tadi. Guru lebih suka memberikan pelajaran dari pada mendidik dan melakukan pendekatan psikologis untuk bisa membantu memecahkan masalah anak-anak muridnya. Guru-guru juga lebih suka saling melempar tanggungjawab ketimbang merasa ikut bertanggung jawab sebagai seorang pendidik.
Dan yang sungguh menyakitkan adalah ternyata Pemerintah kita khusunya yang bertanggung jawab pada bidang pendidikan hanya mementingkan masalah nilai, angka-angka dan Ujian-Ujian Tulis. Pemerintah seolah menutup mata terhadap menurunya prilaku moral, rusaknya anak-anak sekolah dan meningkatnya prilaku kekerasan di kalangan remaja.
Ukuran keberhasilan pendidikan lebih diletakkan pada menjawab soal-soal ujian dan target-target perolehan nilai, bukan pada Indikator Moral dan Pengembangan Karakter Anak. Sehingga pada akhirnya kita mendapati banyaknya anak-anak yang mendapat nilai tinggi namun moralnya justru begitu rendah.
Inilah saya pikir yang menjadi biangkeladi dari permasalahan meningkatnya jumlah anak-anak yang menjadi penghuni penjara di hampir seluruh negara bagian di negara kita.
Saya melihat bahwa sesunguhnya jauh lebih penting mengajarakan anak kita Nilai Kejujuran dari pada Nilai matematika, Fisika dan sejinisnya, yang pada umumnya telah membuat anak kita stress dan mulai membeci sekolahnya. Sungguh jauh lebih penting mengajarkan pada mereka tentang kerjasama dan saling tolong menolong ketimbang persaingan merebut posisi juara di kelas. Sekolah kita hanya mampu membuat 3 anak sebagai juara ketimbang membuat mereka semua menjadi juara. Sekolah kita memang tanpa sadar telah dirancang untuk mencetak anak yang gagal jauh lebih banyak dari yang berhasil. Sekolah kita juga telah dirancang untuk lebih banyak memberi lebel anak yang bermasalah ketimbang memberi lebel anak yang berpotensi unggul di bidangnya.
Lihatlah fakta di lapangan, betapa banyaknya anak-anak yang dinyatakan oleh sekolah sebagai anak lambat belajar, tidak bisa berkonsentrasi, Diseleksia, Hiperaktif dsb. Hingga ada seorang pengamat pendidikan yang pernah menyindir "sesungguhnya anaknya yang hiperaktif atau sekolahnya yang "Hiper Pasif". Bayangkan anak-anak kita telah di paksa untuk duduk di kursi yang keras selama berjam-jam dari pagi hingga petang, tanpa adanya pergerakan sedikitpun. Yang sesungguhnya tidak hanya membahayakan mental mereka bahkan juga fisik mereka. Berapa banyak anak-anak kita yang katanya termasuk golongan anak-anak pandai harus menderita "bungkuk" di usia mereka yang masih relatif muda karena proses belajar yang hiper pasif ini.
Saya pikir sudah saatnya kita sadar akan hal ini semua. Saudara-saudaraku tercinta, sungguh berdasarkan penelitian yang saya lakukan telah menunjukkan bahwa jauh lebih penting mengajari anak kita tentang moral, attitude, dan Character Building dari pada hanya mementingkan nilai-nilai yang tinggi. Karena kehidupan lebih mengharapkan orang-orang yang bermoral dan berkarakter untuk membangun tatanan kehidupan yang jauh lebih baik. Orang-orang yang mencintai sesama, menolong sesama dan menjaga kelestarian lingkungan tempat mereka hidup.
Berdasarkan penelitian saya terhadap sejarah bangsa-bangsa yang mengalami kemunduran atau kehancuran, saya telah menemukan ciri-ciri yang sangat jelas untuk bisa kita jadi kan Indikator dan petunjuk bagi kita apakah negara kita juga sedang menuju ke titik kemajuan atau justru ke hancuran.
Paling tidak saya telah menemukan ada 10 tanda-tanda dari suatu bangsa yang akan mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran; dan jika ternyata ke sepuluh tanda ini muncul di negara kita maka sudah saatnyalah kita untuk melakukan perubahan besar-besaran terhadap sistem pendidikan bagi anak-anak kita.
Mari kita teliti bersama kesepuluh tanda-tanda tersebut, apakah telah muncul dinegara kita;
1. Peningkatnya prilaku kekerasan dan merusak dikalangan remaja, Pelajar
2. Penggunaan kata atau bahasa yang cenderung memburuk (seperti ejekan, Makian, celaan, bhs slank dll)
3. Pengaruh Teman Jauh lebih kuat dari pada orang tua dan guru.
4. Meningkatnya prilaku penyalahgunaan sex, merokok dan obat-obat telarang dikalangan pelajar dan remaja.
5. Merosotnya prilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi/mementingkan dirisendiri.
6. Menurunya rasa bangga, cinta bangsa dan tanah air (Patriotisme).
7. Rendahnya rasa hormat pada orang lain, orang tua dan guru.
8. Meningkatnya prilaku merusah kepentingan Publik.
9. Ketidak Jujuran terjadi dimana-mana
10. Berkembangnya rasa saling curiga, membenci dan memusuhi diantara sesama warga negara (kekerasan SARA)
Bagaimana kesimpulan kita....? Apakah kita melihat ke 10 tanda tersebut telah muncul di negeri tercinta kita ini...? atau mungkin malah sudah muncul pada anak-anak kita tercinta dirumah...?
Saudaraku...., dengan melihat fakta dan kenyataan yang ada, wahai para pendidik dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan serta segenap kita semua; Apakah kita masih akan mementingkankan angka-angka sebagai Indikator kesuksesan Pendidikan di sekolah-sekolah..?
Semoga logika dan nurani kita masih mampu bicara untuk mendobrak sistem pendidikan yang selama ini terbukti telah menghasilkan lebih banyak kegagalan bagi anak-anak tercinta.
Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air...., Jika kita tidak juga mau bertindak...., maka saya tidak tahu berapa banyak lagi penjara-penjara yang harus kita bangun bagi anak-anak kita tercinta, yang semestinya ini semua bisa kita cegah dari sekarang..!
Thomas Lickona.
Saudara-saudaraku sebangsa-dan setanah air di Indonesia....., Mari kita renungkan cerita ini.
Lebih dari18 Tahun yang lalu mereka sudah menyadari kesalahan besar yang terjadi pada sistem pendidikan di negaranya, lalu bagaimana dengan sistem pendidikan kita di Indonesia....?
Kejadian kekerasan Genk pelajar putri di Salatiga dan Kalimantan mestinya menjadi cambuk keras buat kita para pendidik dan penentu kebijakan pendidikan di Tanah Air, untuk berani mengambil langkah besar dalam mengevaluasi dan membenahi kembali Sistem Pendidikan yang telah mendidik mereka.
Akankah peristiwa tragis yang terjadi di Amerika akan kita biarkan untuk terjadi lagi pada anak-anak kita di Indonesia..?
BERSAMA-SAMA.., MARI KITA BANGUN INDONESIA YANG KUAT MELALUI ANAK-ANAK KITA TERCINTA !
ayah edy
Pendiri Gerakan Indonesian Strong from Home
Praktisi Parenting
Pendiri dan Pengelola Komunitas Parenting terbesar di Indonesia.
Pimpinan sekolah MAHA KARYA GANGGA
www.ayahkita.com

FENOMENA ANAK OTAK KANAN YANG DIANGGAP MITOS?

FECEBOOK | KOMUNTAS AYAH EDY | 5 AGUSTUS 2015
Menganggapi komentar yang tiada habisnya yang menganggap anak yang dominan otak kanan sebagai MITOS dengan sumber dari situs2 yang ada di Internet.
Inilah jawaban singkat kami melalui tulisan:
Untuk membuktikannya tdak perlu diskusi panjang dan tidak perlu menggunakan hal yang sulit di pahami.
Sederhana sahabatku, lihatlah tangan kita saat minum apakah kita merasa lebih enak/nyaman menggunakan tangan kiri atau kanan ?
Jika kita lebih nyaman dengan tangan kiri itu artinya diantara tangan kita ada yang lebih dominan bukan? karena jika tangan kita tidak ada yang lebih dominan maka kita akan memegag gelas dengan dua tangan atau dengan salah satu tangan kita secara bergantian, dan ketahuilah ketika kita tangan kiri itu di kendalikan oleh otak bagian kanan (dan itu bukti yg paling sederhana bahwa otak kita itu ada yang lebih dominan dalam memulai satu gerakan saja)
Dan sebaliknya jika kita lebih nyaman minum dengan tangan kanan itu artinya secara alamiah kita otak kita yang lebih dominan adalah otak belahan kiri. Nah jika kita minum dengan memegang gelas dengan kedua tanga kita dan kita nyaman, berarti reaksi kedua belahan otak kita seimbang.
Namun dalam perjalanan pola asuh budaya Indonesia, biasanya anak2 yang semasa kecilnya lebih dominn menggunakan tangan kiri akan dilarang dengan alasan tidak sopan, hingga akhirnya ia keluar dari kecendrunan alamiahnya, sistem sekolah juga melarang anak mengambar dan memaksanya menulis, dan apa bila ini terjadi secara jangka panjang maka potensi emas bawaan lahirnya akan cenderung melemah, efek lannya adalah anak tersebut sering kali mengalami kebingungan atau biasa di sebut (Confusing Brain Dominan)
Begitu pula di sekolah yang menggunakan sistem belajar dan penilaian berbasis Calistung dan Test Tulis (otak kiri) Anak2 yang cenderung sejak kecil tangannya Kidal atau lebih dominan otak kanannya akan mengalami kesulitan mengikuti pelajaran dan ujian yang berbasis otak kiri.
Tambahan lagi bahwa berbagai macam test tentang dominasi otak seperti misalnya melalui sidik jari atau golongan darah itulah yang membuat masyarat bingun, karena hasilnya tidak tepat benar, untuk mengetahuinya tidak perlu melalui tes cukuplah dengan mengenali tanda-tanda atau ciri-ciri keseharian anak kita maka kita akan bisa menilai langsng kecenderungan reaksi dominan otak anak kita, apakah lebih cenderung ke kanan, sangat kanan, atau kiri dan seimbang.
Memang benar bahwa dalam beraksi dan berpikir otak kita bekerjasama, ingat bekerjasama bukan bersamaan. Diantara otak kita ada yang lebih dominan, Semisal saja dalam memilih sebuah barang; Orang yang dominan Kanan akan cenderung memilih/membeli barang berdasarkan SELERA atau Taste hatinya cocok dan bukan karena pertimbangan Harga (Yang pending saya suka, gak papa mahal) Namun jika kita memilih barang selalu pertimbangannya adalah Harga itu kemungkinan besar yang mengambil keputusan lebih dominan adalah otak kiri kita. Meskipun budget pas-pasan orang yang dominan otak kanan, akan tetap memilih seleranya dan menabung untuk bisa mendapatkan barang yang cocok dengan hatinya tsb, tapi jika orang yang dominan otak kiri ia kan menunggu sampai barang itu di diskon.
Banyak hal sehari-hari yang tidak kita sadari telah menunjukkan mana reaksi yang lebih dominan dari otak kita namun sayangnya tidak banyak dari kita yang menyadari dan paham benar tentang fenomen ini. Dan bahkan yang menaring malah ada yang tidak peka terhadap fenomena ini dan mengatakan ini adalah Mitos. Padahal jika kita bisa mengenali betul kekuatan otak kita, maka setiap orang aka bisa menjadi terbak dibidangnya masing-masing sesuai kekuatan otak yang sudah di anugrahkan Tuhan padanya.
Semoga penjelasan sederhana ini bisa menjadi bukti yang sangat sederhana dan mudah dimengerti. Dan jika masih ingin tetap percaya ini adalah mitos ya itu pilihan kita, tak ada yang perlu diperdebatkan.
Rasa terimakasih dari ratusan orang tua yang anaknya merasa tertolong setelah mendapatan bimbingan mengelola anaknya yang dominan otak kanan yang sebelumnya dianggap anak bermasalah disekolah hingga mereka kembali menjadi anak-anak hebat itu sudah lebih dari cukup bagi saya untuk terus membangun sekolahnya seperti yang dilakukan oleh Professor Makoto Shicida dengan Sekolah Otak Kanannya, dan Sosaku Kobayashi dengan sekolah yang memahami semua perbedaa anak.
Silahkan baca kisah Joe anak yang lebih dominan otak kanannya :
Silahka baca kisah Nia; yang gagal di sekolah kini menjadi Director of Choreography di Los Angeles di usia 19 tahun.
Dan bayak lagi silahkan cari kisah2nya di www.ayahkita.com
Bacalah semua link yang diberikan jika memang kita tertarik mendalami anak dominan otak kanan dan bisa menolong mereka menjadi anak yang luar biasa !
ini ciri-ciri yang kita bisa jadikan panduan untuk menilai apakah anak kita lebih dominan otaknya Kiri atau Kanan.

Thursday, March 19, 2015

Orang Tua yang sering memarahi anak

Paku sumber ubaidi.wordpress.com

RENUNGAN TERBAIK UNTUK KITA SEMUA
Suatu hari ada seorang ibu yang bersifat pemarah dan sering memarahi anaknya.
Lalu ia betekad untuk mengurangi marahnya lalu si ibu tadi datang menemui Sang Kakek bijak, setelah mendengarkan semua cerita si ibu lalu sang kakek bijak memberikan sekantong paku dan mengatakan pada si ibu itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah...
Hari pertama ibu itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah....
Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang....
Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar...
Akhirnya tibalah hari dimana ibu tersebut merasa bisa mengendalikan amarahnya secara penuh dan tidak lagi cepat kehilangan kesabarannya...
Dia memberitahukan hal ini kepada sang Kakek bijak, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari penuh dimana dia tidak marah....
Hari-hari berlalu dan si ibu itu akhirnya memberitahu sang kakek bijak bahwa semua paku telah tercabut olehnya...
"Lalu sang kakek menuntun ibu tersebut ke pagar..……."Hmm....? Kamu telah berhasil dengan baik anakku...,..tapi, lihatlah lubang-lubang bekas paku ini, kayu pagar ini ,tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya, "
"ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan pada anakmu.….. "
"Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini... di hati anakmu dan orang lain".
"Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu... tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf.... Luka itu akan tetap ada.……"
"Dan tahukah kamu bahwa luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik bahkan lebih sakit lagi karena terus tersimpan di batin bawah sadar anakmu ...."
Ambilah semenit saja dari waktu kita untuk merenungkan hal ini ...
Silahkan si bagikan/di share kepada siapa saja agar hidup kita dan anak-anak kita jauh lebih baik dan bahagia. tksh.
Sumber : komunitas ayah edy

Thursday, November 27, 2014

Study Tour Kelas 3 dan 4 MIN 18 Jakarta part Planetarium

Catatan rumadi | 27 November 2014

Pagi ini Selasa 25 November 2014 sang surya menampakkan diri dengan eloknya dibarengi dengan kehangatan sinar paginya yang memberikan tambahan energi. Keceriaan nampak jelas terlihat pada anak didik kami kelas 3 dan 4 MIN 18 Jakarta. Ya, hari ini kami akan study tour ke Planetarium (Cikini), Museum Tekstil dan Masjid Istiqlal.
 Terhitung pukul 06.45 pagi rombongan study tour bergegas berangkat dari pelataran parker KFC (Gelael) Ciracas menuju Cikini Jakarta Pusat tempat tujuan pertama study tour kami. Planetarium yang ber lokasi di Taman Ismail Marzuki (TIM). Planetarium Cikini  adalah satu dari tiga wahana simulasi langit di Indonesia selain di Kutai, Kalimantan Timur dan Surabaya.
Sekitar pukul 9 pagi rombongan tiba dilokasi, jam 9.30 jadwal pertunjuakan dimulai. Anak-anak mengantri dengan tertib. Tak lama mengantri petugas mepersilahkan pengunjung masuk keruangan dengan mengecek terlebih dahulu tiket yang telah dibawa. Rungan ini didesign layaknya kubah dengan sandaran kursi yang sedikit terlentang sehingga mudah untuk melihat keatas. Proyektor besar di tengah ruang sebagai alat untuk memancarkan efek langit kearah kubah.
Anak-anak MIN 18 Jakarta bersiap
di Ruang Pertunjukan Planetarium Jakarta

Saatnya Pertunjukan

Suara gemuruh pengunjung didalam ruang pertunjukkan segera hening bergantikan suara operator yang mempersilahkan pengunjung untuk duduk diam dan memperhatikan pertunjukkan wahana luar angkasa yang akan segera disajikan.
Lampu telah dipadamkan, gelap gulita pertanda malam telah tiba. Malam ini langit Jakarta terlihat cerah nan mempesona. Terlihat benda-benda langit bertaburan, berkelap kelip sesekali ada yang meluncur diikuti dengan ekor panjang yang menyala. Teriakan histeris  dan tangisan anak ketakutan dari bangku pengunjung menambah suasana mencekam malam ini. Sesekali terdengar suara yang mencoba menenangkan “jangan menangis, ini Cuma bohongan (pertunjukan)”.
Suara sang operator menjelaskan benda-benda langit yang terlihat. Diperlihatkannya kepada kami kelompok-kelompok bintang yang saling terhubung  yang membentuk rasi bintang.  Batuan-batuan yang jatuh kebumi atau yang disebut meteor menambah indahnya langit malam ini.
Seisi ruangan tiba-tiba diajak terbang ke angkasa, menjadi astronot dadakan, melihat isi langit dari angkasa. Pesawat meluncur keangkasa, bintang bintang bertaburan menyambut kedatangan astronot dadakan.
Kita berada diangkasa
Hai Bumi dimana kamu?
Lihat disana, bumi kita sedang bergerak,  berputar dari timur kebarat bersama teman-temannya mengelilingi bola besar yang menyala dengan terangnya.  Ya itulah tata surya, Matahari sang bola pijar yang dikelilingi  oleh semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan planet yang sudah diketahui dengan orbitnya berbentuk ellips. Berdasarkan jaraknya dari matahari, planet Tata Surya itu adalah Merkurius (57,9 Juta Km), Venus (108juta Km), Bumi (150juta Km), Mars (228juta Km), Yupiter (779 juta Km), Saturnus (1.430juta Km), Uranus (2.880juta Km), dan Neptunus (4.500juta Km). Pergerakan yang teratur dan bergerak dari arah timur kearah barat atau berlawanan dengan arah jarum jam.
Kenapa planet-planet itu bergerak  berlawanan dengan arah jarum jam atau bergerak dari timur kebarat?
Sekarang kita kaitkan dengan Membaca Kitab Suci Al-Quran dan Tawaf (mengelili ka’bah).
Membaca kitab suci Al-Quran harus dimulai dari kanan ke kiri (timur ke barat).
Tawaf (mengelili ka’bah) dilakukan berlawanan dengan arah jarum jam (timur ke barat).
Sekarang kita bisa mengerti, kenapa arah bacaan Kitab Suci Al-Quran adalah dari kanan ke kiri, juga arah tawaf yang mengelilingi kabah harus berlawanan dengan arah jarum jam. Jawabannya adalah menyelaraskan dengan pergerakan komponen-komponen atau anggota-anggota system di alam semesta ini, yang tunduk dan patuh atas perintah Sang Maha Penguasa Jagad Raya, Tuhan Yang Maha Esa (ALLAH).
Maha Besar Allah yang telah menciptakan alam semesta dengan sempurna dengan ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya.
Perjalanan luar angkasa telah usai, para astronot dipersilahkan meninggalkan pesawat.
Rombongan segera menuju bis, bersiap kembali menuju museum tekstil. Obrolan-obrolan kecil terjadi di dalam bis sambil menikmati suasana Jakarta yang telah menunjukkan wujud aslinya. Gedung menjulang tinggi menjadi ciri kota DKI sebagai pusat dari berbagai macam pusat.
Menuju Museum Tekstil.

Ditulis oleh Rumadi
Di publis pada :

Sumber terkait :


Thursday, November 20, 2014

Bentang dan Temannya

catatan_rumadi | 20 November 2014

Masa kanak-kanak, inilah masa dimana setiap orang mengalaminya. Dan inilah masa kedua anak laki-laki kami, Bentang Nusantara (±2,3  tahun) dan Ikrar Nusantara ( ±7 bulan) berada. Masa kanak-kanak lekat sekali dengan teman dan mainan.
Taufik Hidayatuallah (±3 tahun) tetangga yang paling dekat sekaligus  teman sebaya anakku Bentang. Keluarganya juga tinggal dirumah dinas MIN 18 Jakarta, lima langkah dari rumh dins yang kami tinggali. Bapak Slamet Wijoyo itulah nama bapak Ayat, seorang lelaki bebadan kekar, berpostur pendek, bercirikhas kumis tebal layaknya arek Madura. Ya itulah tetangga kami yang paling dekat dengan kami baik secara jarak ataupun psikologis. Bentang yang selisih usianya dengan Ayat  hamper satu tahun.
Kiri Bentang , Kanan Ayat
Hampir setiap hari mereka berdua bertemu dan bermain. Disinalah kami sebagai orang tua belajar bagaimana anak berteman dan bermain.
Bagaimana anak BERBAGI makanan dan  mainan.
BERBAGI MAKANAN memberi dan menerima makanan hal yang biasa kami lakukan dan anak-anak kami pun mengikutinya. Terkadang ketika Ayat sedang disuapi mamaknya, Bentang pun ikut disuapi, dan sebaliknya. Keduanya tak canggung meminta minum/makan kepada kami atau kepada bude/pakde (panggilan kami kepada orang tua Ayat). Kedekatan ini kadang membuat anak-anak kebablasan, minta ijin terlupakan dan tetap harus kami ingatkan. Minta Izin Dulu itu yang kami tekankan.
BERBAGI MAINAN , mainan mainan dan mainan huuuuuffffffffff, (tarik nafas panjang sambi elus dada). Kalau sudah ngomongin mainan, hmmmm nguras energy. Teriak, Nangis, sering kali terjadi gara-gara BEREBUT MAINAN. Sepeda, mobil-mobilan, bus-busan bahkan sapu kadang untuk rebutan.
Hak milik sudah mereka kenali, ini milik saya, gak boleh. Memaksa untuk dipinjami mainan juga terjadi. Yang kami tekankan disini adalah
-          Pengenalan ini punya siapa.
-          Meminjami mainan.
-          Minta ijin ketika mau meminjam.
-          Mengembalikan mainan yang dipinjam dan berterimakasih.
SENIORITAS DAN YUNIORITAS berlaku, selisih umur hamper satu tahun, kadang mereka memposisikan diri sebagai anak yang lebih tua dan anak yang lebih muda, dengan status seperti ini mereka berdua punya alasan untuk tidak mengalah. kami harus bias memposisikan diri sebagai seorang kakak dan adik, menasehati sesuai dengan cara mereka memposisikan diri.
Berteman dan bermain, disinilah anak belajar bersosialisasi mengasah seluruh indranya (fisik, hati dan fikir). Belajarlah dengan lingkunganmu. Jatuhmu janganlah janganlah membuatmu lemah. Tangismu janganlah membuatmu membenci, namun tetaplah belajar mengenali lingkunganmu supaya kamu tau apa yang sebaiknya kamu lakukan. Adik kecilmu Ikrar Nusantara memperhatikanmu, mempelajari dari apa yang kakak lakukan. Sayangi adik kecilmu.

TEGAPKAN BADANMU
LANGKAHKAN KAKIMU
USAPLAH AIR MATAMU
BINARKAN PENGLIHATANMU
TATAPLAH MASA DEPANMU 
GAPAI CITA-CITAMU
JANGAN RAGU ATAS KEBAIKANMU
BERMANFAAT, BERMANFAAT DAN BERMANFAAT

DOA KAMI BERSAMAMU
SANG MAHA SEGALANYA (ALLAH) BERSAMA KITA

  

Tuesday, November 18, 2014

Guru itu siapa?

Guru dan Murid-muridnya
Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak pendidikan Indonesia. Beliau adalah tokoh yang memperhatikan bagimana dengan pendidikan bagi kaum pribumi. Dengan semboyannya yang sangat fenomenal, menggambarkan bagaimana seharusnya sosok seorang dihadapan muridnya.

Ing Ngarso Sung Tulodo
Ing Madyo Mbangun Karso
Tut Wuri Handayani

Itulah semboyan dari sang toko pendidikan kita, kalimat yang sederhana namun memiliki makna yang sangat laur biasa. Walaupun dituliskan dengan bahasa jawa, namun semboyan itu digunakan diseluruh pelosok Indonesia.

Di Depan menjadi Teladhan
Di Tengah Membangkitkan Semangat
Di Belakang Mendukung

Itulah Guru...
Tanpa harus dijabarkan lebih luas, apa yang dimaksudkan semboyan itu dapat dicerna dengan mudah.
Ketika kita dapat memberikan teladhan yang baik,
Ketika kita dapat membangkitkan semangat,
Ketika kita dapat mendukung atau mensuport
Maka kita adalah seorang guru.

Tak harus kita berada diruangan kelas, menenteng buku, berseragam necis, namun ketika kita dapat menerapkan nilai-nilai semboyan diatas maka kitalah GURU.





Monday, November 17, 2014

Bentang, Kebun, Jagung dan Educasi

catatan rumadi | 17 November 2014

Saya tinggal bersama keluarga saya di rumah dinas sekolah yang berada dipojok sebelah barat gedung utama MIN 18 Jakarta, sebidang tanah  dibelakang rumah yang berdiri tiang besi sebagai penyokong toren air menyisakan tanah yang tak terpakai. Tanah... ya ya ada tanah kosong dibelakang, mari kita manfaatkan sebelum dimanfaatkan untuk keperluan sekolah.
Foto Kebun Belakang Rumah Dinas MIN18


Kebetulan beberapa waktu yang lalu ketika Bapak dan Mamak (mertua) dari Playen, Gunungkidul, Yogyakarta datang kesini membawakan hasil kebun berupa jagung kering, beras, dan  sayur mayur. Jagung kering yang dibawakan jauh-jauh dari Gunungkidul karena saya sempat bilang "ingin goreng jagung", begitu perhatiannya beliau kepada saya, terimakasih Bapak + Mamak.




Saatnya berkebuh . . .
Terinspirasi dari lagu yang sering dihafalkan Bentang Nusantara

Cangkul-cangkul 
Cangkul yang dalam
Menanam jagung di kebun kita

Bentang, mari kita cangkul kemudian kita tanam jagung-jagung dari mbah!
Bentang pake cangkul plastik (bekas ember cat dibelah) dan ayah pake cangkul besi (pinjeman) he he

Bersihkan rumputnya..
Ambil sampahnya..
Ayunkan cangkulnya..
Ratakan tanahnya..
Lobangi tanahnya..

Masukkan jagungnya..
Tutup Tanahnya..

Hore Hore
Aku Bisa
Menanam Jagung di kebun sekolah

Bahagia rasanya dapat melibatkan anak untuk beraktifitas berkebun. Hampir setiap sore kami sirami, air yang kami gunakan bukan air bersih dari selang namun kami memanfaatkan air sisa kran yang mengalir di got bahasa kerennya water cycle. Menggunakan bekas ember cat yang dimodifikasi menjadi serok sampah, kadang menjadi cangkul, kadang menjadi sarana memindahkan air dari got ke tanaman. Anakku kadang mencari sendiri si serok sampah untuk menyirami jagungnya. Luarbiasa semangatnya untuk menyirami, sampai-sampai terpeleset masuk got. Menangis karena merasa kurang hati-hati, menangis karena bajunya penuh lumpur, menangis karena mulut berdarah dan jidatnya memar, menjadi satu tangisan yang mengundang kami untuk menolongnya. Dan saya hanya bilang "tidak apa-apa, namanya juga sedang belajar". Terisak tangisnya tapi dia sudah tau harus segera berhenti menangis karena ada konsekuensi yang harus diterima ketika berbuat sesuatu. Kadang kami orang tua (Ayah dan Mimi) harus melakukan hal-hal yang kurang wajar pada umumnya untuk memberikan pelajaran bagi Bentang dan Ikrar. Ya kami sadar betul apa yang kami lakukan, semoga anak-anak kami tumbuh menjadi anak yang tangguh dan cerdas.

Jagung Kecil
Setelah beberapa hari jagung pun muncul dari persembunyianya dalam tanah, memunculkan tubuh kecilnya nan hijau pertanda jagung siap tumbuh. Bawang merah dan cabe yang sudah tidak digunakan Mimi untuk bumbu masak, kami tanam juga.

Kini jagung kami telah tumbuh tinggi, memberikan kebahagian pada kami, daun hijau memanjang nan segar memberikan energi pembaharu bagi kami.


Jagung Tumbuh Tinggi
Bentang anakku, sering kali menyebrangi jembatan kecil (got) untuk memandangi dan mendekati jagungnya yang sudah tumbuh, berbinar matanya  kadang terdengar suaranya memanggilku (Ayah........ siram jagungnya, ayokkk....). 

Bibit bawang merah dan cabe yang kami tanam juga telah tumbuh bersemi. Sekarang tinggal kita menjaganya, membersihkan rumput-rumput yang kadang mengganggu pertumbuhannya, membersihkan sampah yang menghalangi akarnya yang telah siap mencengkram tanah, menyiraminya untuk pertumbuhannya.
Bibit Bawang Merah yang sudah Tumbuh 

Bibit Cabe yang sudah Tumbuh
Kita Memeliharanya
Tumbuhan memberikan manfaatnya.
Hidup Berdampingan, Saling Mangasihi, dan Berbagi

Itulah cerita kami menanam jagung di kebun sekolah.




Menghapus Windows Credentials

Laptop kita terhubung ke server menggunakan user password dan supaya user password itu lepas dari server. Kadang kala setelah kita isi user ...