Adityawarman Sianturi | Bisnis Indonesia 28 April 16
1. Deklarasi Pajak jadi Sekoci
Guna mengamankan APBNP 216 pemerintah tengah menyiapkan alternatif regulasi berupa peraturan pemerintah Deklarasi Pajak apabila RUU Pengampunan Pajak tidak disahkan oleh parlemen. Menurut juru bicara Presiden, Johan Budi, sikap ini diambil untuk antisipasi apabila DPR secara kelembagaan tidak menyetujui RUU Tax Amnesty. Namun mengacu kepada pelaksanaan Tax Amnesty tahun 1968 dan tahun 1984 yang terbilang gagal atau kurang direspon karena diatur melalui perpres dan dianggap kurang memberi jaminan dengan skenario alternatif tersebut dianggap malah bisa membuat pengusaha mundur. Pada perkembangannya aparat hukum sudah sepakat terkait beleid kerahasian data wajib pajak yang ikut pengampunanan pajak dan payung hukum ini bersifat lex specialis.Selain payung hukum yang bersifat lex specialis, di lain pihak Komisaris Jendral Dwi Pujianto mengingatkan agar adanya pengawasan terhadap pejabat pajak sendiri karena besarnya kewenangan yang diatur dalam RUU. Sejalan dengan itu Direktur Eksekutif CITA (Center for IndonesiaTax Analysis), Yustinus Prastowo sepakat bahwa harus ada sisi pengawasan dan penguatan dari pejabat pajak.
2. Minyak, Mineral & Logam Membaik
Proyeksi Bank Dunia terhadap harga komoditas dunia mulai membaik untuk sejumlah sektor. Seperti Harga minyak mentah dimana Bank Dunia menaikan perkiraan rerata harga minyak mentah dari US$71 barel menjadi US$ 41 barel. Sentimen harga ini dipengaruhi oleh pengenjotan produksi di Irak dan Nigeria dan penurunan penyedotan dari negara- negara non OPEC. Sementara itu harga logam dan mineral diproyeksi turun 8,2% tahun ini namun proyeksi ini naik dibandingkan proyeksi Januari sebesar 10,2% kenaikan ini menunjukan ekspektasi pertumbuhan permintaan yang lebih kuat dari China sebagai konsumen terbesar di dunia. Rendahnya harga akan menggangu prospek negara - negara maju khususnya yang menikmati booming komoditas. Peneliti dari UI I. Kadek Dian menyatakan kondisi ini akan menekan performa ekspor nasional yang masih didominasi oleh komoditas, menurutnya perlu adanya kebijakan yang tidak business as usual. Pada sisi lain Depresiasi mata uang diyakini takan mampu menjadi stimulus untuk menggenjot ekspor karena dari segi permintaan pun memang masih lesu, terlebih pelemahan mata uang tidak saja terjadi di Indonesia saja.
No comments:
Post a Comment